PUBLIKASIONLINE.CO – Sejak dahulu kala persoalan kecantikan perempuan-perempuan menjadi topik yang dibahas di banyak segmen masyarakat dunia. Kalau kini itu mungkin sudah bisa dikatakan viral, tapi lain lagi dengan isu kecantikan perempuan.
Isu ini hidup dari dari abad ke abad dan penggiringannya dilakukan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Bukan saja lintas negara tapi benua. Isu kecantikan menjadi pembahasan dunia bukan saja kelompok. Kelasnya sudah bukan lagi viral tapi berkali-kali lebih dari itu.
Ia dibahas di mana-mana, di meja-meja perundingan, di banyak sekali perbincangan. Tak bisa dinafikan bahwa semenjak lama kecantikan menjadi magnet besar bagi dunia. Ibarat sebuah sumber mineral yang penambangannya dilakukan secara menerus tiada henti. Begitulah barangkali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagi diri lelaki kecantikan perempuan menjadi nafas yang terus berpacu. Itulah daya tarik terbesar bagi lelaki. Kecantikan menjadi nilai yang tak bisa ditawar-tawar oleh apapun. Di mana ada perempuan di situlah lelaki menatap. Apa yang dicari? Kecantikan. Saking pentingnya arti kecantikan sampai-sampai ia menjadi hidangan paling penting di pesta-pesta.
Seiring berubahnya zaman, makna kecantikan pun mengalami peleburan. Di satu negara, kecantikan punya arti berbeda dengan di negara lainnya. Begitu juga sebaliknya. Ini berlangsung sekian waktu lamanya. Syarat kecantikan di masing-masing negara pun biasanya berbeda-beda. Itulah sebab muncul istilah cantik itu universal.
Anda bisa membayangkan bagaimana mayoritas orang-orang di satu negara mengatur syarat cantik ini dengan berbagai aspek pendukung yang bisa saja malah dirasa aneh di negara lainnya. Misalnya: di Korea standar kecantikan itu adalah berkulit terang, mata yang tak sipit serta hidung mancung.
Lain lagi di Amerika, perempuan cantik malah dikesankan berambut blonde. Di Eropa, kecantikan pun punya standar yang berbeda dari Korea dan Amerika. Standar kecantikan menjadi tolok ukur dan ditetapkan oleh kebudayaan yang dibangun.
Sejatinya cantik itu adalah aset. Ia merupakan pendirian kemudian bersalin menjadi penilaian. Di mata perempuan yang menjadi objek, cantik diindikasikan dengan beberapa hal umum. Sebut saja berbadan tidak gemuk, gaya berjalan yang tertata rapi, rambut yang lurus dan punya senyum manis. Lain perempuan lain lagi lelaki.
Kita tahu kebanyakan lelaki mengidentikan cantik dengan tubuh yang indah: boleh tambun boleh juga agak kurus. Boleh yang berpakaian tertutup boleh juga terbuka. Tergantung penilaian.
Pada cara memandang, lelaki biasanya menjadikan hal yang nisbi sebagai objek utama. Betis, pinggul, rambut, warna kulit, serta halus tidaknya kulit. Bertahun-tahun lelaki hidup dalam pandangan model ini. Ia membias dari makna cantik yang sebenarnya.
Definisi Cantik
Definisi cantik sendiri hanya ada dua. Diferensiasi ini lahir atas pandangan indera mata dan perabaan rasa. Dua definisi cantik itu yakni inner beauty serta outer beauty. Atas dua arti mendasar cantik inilah subjek biasanya menjadi terbagi.
Ada subjek yang lebih mengenali cantik dari sisi outer ada pula subjek yang bertahan pada pendirian bahwa cantik itu adalah kekuatan dari dalam (inner beauty).
Cantik menurut outer beauty
Di era modern seperti abad 21 ini tuntutan terhadap perempuan semakin menggunung. Perempuan-perempuan modern tidak saja dituntut untuk mengambil peran lebih di lingkungan sosial, perempuan modern juga ditantang untuk bisa meruncingkan eksistensi setajam mungkin agar bisa menyeimbangkan keberadaan lelaki.
Di tengah-tengah tantangan inilah perempuan mulai coba bermetamorfosis dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan tampil cantik, secantik mungkin, semenarik mungkin. Perlahan keinginan untuk tampil cantik ini kian hari malah menjadi obsesi yang tak pernah melalui observasi sekali pun. Tuntutan untuk mengambil lebih banyak peran serta obsesi menjadi cantik sudah serupa dua mata tombak yang sama tajam dan saling dibenturkan dengan keras. Akibatnya semua menjadi bumerang.
Obsesi perempuan untuk tampil cantik secara fisik atau outer beauty acap kali memaksa mereka untuk melakukan banyak hal. Dari mulai rajin menggunakan berbagai jenis kosmetik, sampai aneka perawatan kulit. Bila pun tak puas dan dirasa masih kurang maka hal yang lebih ekstrim akan rela dilakukan. Bagi perempuan yang ingin membuat tampilan hidung lebih mancung maka biasanya mengambil jalan operasi.
Sementara sikap rajin menggunakan kosmetik ini lama-kelamaan akan berubah menjadi ketergantungan yang sulit dilerai. Perempuan-perempuan ini tanpa sadar telah menjadi korban dari ambisi untuk menjadi cantik dan telah termakan segala buai penjual kosmetik maupun iklan krim kecantikan.
Semakin jauh aktivitas mempercantik diri ala outer beauty jadi berubah. Perempuan menjadi kehilangan kepercayaan diri akan adanya inner beauty. Mereka akhirnya menolak untuk menggali sinar dari dalam diri.
Dan alih-alih menjadi cantik luar biasa, perempuan-perempuan ini malah tetap seperti biasa, atau justru kehilangan kecantikan di awal karena wajah yang memerah dan flek yang bermunculan.
Menjadi cantik pada kenyataannya bukan hanya tentang seberapa halus kulit wajah atau seberapa cerahnya. Cantik bisa berasal dari kesederhanaan yang menyeluruh. Toh bukankah fisik hanyalah tampilan yang amat cepat perubahannya. Dan betapa pun gigih perawatannya tetap tak menjadi garansi bahwa cantik akan diraih sepenuhnya.
Pengetahuan mengenai cantik yang keliru seringkali mendalangi kasus semacam ini. Perempuan-perempuan yang terobsesi pada outer beauty mungkin akan menarik terlihat di awal, namun di belakang atau dari sudut pandang yang lain mereka justru terlihat biasa.
Efek dari perawatan wajah serta kosmetik bermerek hanya akan memunculkan sinar sementara layaknya sinar matahari. Sinar itu begitu cepat tertutup dan waktunya hanyalah sebentar, begitu singkat.
Cantik menurut inner beauty
Sebutlah cantik itu adalah sebuah kandungan yang mengendap dalam diri perempuan. Tak mudah melihatnya. Bermodal tatapan mata yang jernih sekali pun. Cantik model ini berasal dari dalam diri seorang perempuan yang waktu kemunculannya bervariasi. Ia tak muncul semenjak kanak-kanak, namun ia sudah ada. Barulah ketika dewasa cantik inner beauty ini terlihat, itu pun oleh beberapa pemandang saja.
Inner beauty menjadi energi bagi perempuan. Ia bisa terlihat melalui cara bertutur kata, tata krama, gesture, maupun emosi. Inilah nilai utama inner beauty. Meski kerap disepelekan tapi daya pikatnya lebih awet. Tak akan ada yang bisa menggerusnya. Inner beauty sudah ada lama semenjak perempuan-perempuan tradisional belum tahu bagaimana menata busana serta tata rias wajah.
Kekuatan inner beauty cenderung biasa-biasa saja tetapi punya efek jangka panjang. Ada perempuan yang menolak menggunakan busana serta perhiasan dan juga beberapa manik wajah yang telah direkomendasikan satu tim kecantikan.
Di sini, apakah penolakan si perempuan akan lantas membuat ia tidak akan menjadi cantik? Belum tentu. Malah bisa saja dari sikap penolakan itulah kecantikan inner beauty-nya akan tampak. Artinya apa? Bahwa inti dari inner beauty adalah kekuatan yang terpancar dari dalam. Ia tampak melalui sikap, dan permainan emosi.
Jika dibandingkan dengan penikmat outer beauty, penyuka inner beauty jelas lebih kecil jumlahnya. Biasanya lelaki yang punya pertimbangan jeli saja yang akan getol mencari perempuan yang bertipe inner beauty.
Mereka akan dengan sabar mengais-ngais asa demi menemukan perempuan model ini. Percaya atau tidak kalau lelaki-lelaki memiliki keyakinan bahwa perempuan yang cantik secara inner beauty akan membawa lebih banyak kebaikan. Tak itu saja, ada anggapan yang berkembang masih secara sporadis bahwa perempuan yang cantik inner beauty adalah tipe perempuan cerdas. Tentu saja ada banyak keuntungan jika mendapatkan perempuan seperti ini.
Di titik terjauh perempuan masih akan tetap tak menemukan jawaban yang pasti tentang arti dari kecantikan. Menemukan jawaban paling pas ini serupa rumitnya menegakkan benang basah.
Setiap perempuan memaknai cantik dengan kamus masing-masing dan menghasilkan arti yang berbeda-beda pula. Sialnya perbedaan sudut pandang ini justru menimbulkan saling bentur pemahaman. Yang terobsesi untuk cantik secara fisik (outer beauty) kian hari malah kian tenggelam dalam obsesinya yang tak pernah berujung pada makna cantik yang sebenarnya.
Sementara mereka yang mempertahankan kecantikan dari dalam (inner beauty) akan menjadi semakin terawat, biasanya tipikal perempuan ini akan awet muda dari segi fisik karena tak begitu mengalami pengerukan. Berbeda dengan perempuan yang memilih cantik fisik (outer beauty).
Akhirnya saya ingin mengutip kata-kata Kahlil Gibran mengenai arti cantik.
“Beauty is not in the face; beauty is a light in the heart.”
(Harun Anwar/kompasiana.co)