Semester ganjil telah tiba, Mahasiswa kini sibuk menyusun proposal mulai dari semester tujuh hingga semester akhir, serta telah mempersiapkan judul apa saja yang akan mereka prsentasikan.
Nah, seperti yang kita ketahui bersama bahwa tiap memasuki semester ganjil selalu saja kampus membuka pendaftaran mahasiswa baru sesuai jumlah kuota yang diinginkannya.
Momentum seperti inilah yang ditunggu – tunggu oleh para calon Mahasiswa Baru (Maba) di Kampus yang mereka inginkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[penci_blockquote style=”style-2″ align=”none” author=””]Ada yang bilang bahwa saya ingin jadi Mahasiswa agar bisa menjadi seperti -kakak-kakakku.[/penci_blockquote]
Ada juga yang mengatakan bahwa saya ingin menuntut ilmu makanya saya mau kuliah, dan lebih parahnya lagi, ada yang mungucapkan bahwa saya ingin kuliah sebab ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak lagi berguna di Perusahaan.
Iya, semua itu alasan yang sangat masuk di akal, namun perlu diketahui bahwa menimbah ilmu di Kampus itu bukan suatu hal yang gampangan. Sebab, ciri-ciri Mahasiswa bukanlah status pengejar Index Prestasi Kumulatif (IPK) saja.
Untuk Mahasiswa baru, kalian wajib mengetahui sejarah gerakan Mahasiswa, sebab para aktivis pendahulu kita memiliki berlapis-lapis sejarah yang pernah mengguncangkan dunia Pemerintah yang sangat otoriter dan fasis di Negara Indonesia ini.
Banyak pantangan yang dihadapi Mahasiswa pada jaman Orde Lama hingga Jaman sekarang ini. Namun saya sangat terharu melihat realita yang dihadapi oleh Mahasiswa jaman sekarang.
Bagaimana tidak, hampir 85% kini Mahasiswa melupakan peran dan fungsinya sebagai Mahasiswa itu sendiri.
Serta, banyak yang lupa bahwa mahasiswa itu harus turun kejalan untuk meneriakkan kebenaran serta keadilan bagi rakyat yang tertindas.
Bahkan birokrasi Kampus berusaha memperbudak Mahasiswanya, dengan segala cara yang mereka coba, mulai dari kebiasaan-kebiasaan yang membosankan yang seringkali diperaktekkan oleh Dosen terhadap mahasiswa untuk mengerjakan sebuah tugas.
[penci_blockquote style=”style-2″ align=”none” author=””]Coba anda bayangkan ada berapa mata kuliah di tiap semester, dan ada berapa dosen yang ditargetkan untuk memberikan kita tugas dalam sehari.[/penci_blockquote]
Kalau birokrasi Kampus mewajibkan masing-masing Dosen memberi tugas tiap pertemuan terhadap Mahasiswanya, maka kapan Mahasiswa bisa berdemonstrasi, sebagai bentuk implementasi dari fungsi dasarnya.
Kalau kalian tidak sadar, maka saya nyatakan bahwa kalian belum mampu membawa peran dan fungsi Mahasiswa yang sebenarnya, maka merdekalah birokasi Kampus di negeri ini.
Selain itu, kita lihat lagi contoh kecilnya, birokrasi Kampus yang sudah menguasai Mahasiswa, semisal salah satu Kampus di Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan yang baru-baru ini trending topik pasca Mahasiswa yang Di-Drop Out (DO) dari Kampunya hanya karena persoalan mempertanyakan uangnya sendiri, yakni uang kuliah.
Itu salah satu bukti bahwa birokrasi Kampus menentang Mahasiswa, namun betapa bodohnya lagi demi nilai IPK mahasiswa yang mengabdi di Kampus tersebut, hanya bisa tunduk dan pasrah kepada birokrasi Kampus.
Hey, “Janganlah terlihat seperti serigala di depan mahasiswa baru, tetapi berubah seekor kucing ketika berhadapan dengan birokrasi kampus” seperti itu pepatah yang pernah saya baca dalam sebuah artikel baru-baru ini.
Mahasiswa baru bukanlah tandinganmu, ada baiknya Pemerintah mengubah peraturan mengenai pengenalan kampus bagi Maba yang biasa disebut masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek).
Mungkin karena mahasiswa baru sudah menjadi anak kesayangannya sehingga dibuatkan aturan seperti larangan terdahap kekerasan Ospek.
Mahasiswa semester akhir yang sadar dengan peraturan baru terkait regulasi tentang larangan menggunakan sentuhan fisik, sangat jengkel dan resah, bagaimana tidak, mereka saja mau balas dendam namun sudah dicegah, sungguh malam nasib pendidikan bangsa ini.
Sebagai seorang Senior, perlu pintar mendoktrin Maba agar mereka yang baru masuk ke Kampus itu mampu melihat buruknya birokrasi pendidikan tinggi, dengan cara itu mungkin kita bisa bersatu untuk melawan.
Terlepas dari itu, saya hanya sedikit memberi semangat buat Mahasiswa yang cinta akan Almamaternya. Sebab, saya juga sadar bahwa saya masih apatis terhadap lingkungan di sekitar saya.
Maka dari itu, semoga dengan coretan sederhana atas mecuatnya keresahan dalam benak ini bisa membakar semangat kaum intelektual, khususnya bagi mahasiswa yang sangat cinta terhadap keadilan, serta bermimpi akan lahirnya perubahan yang tumbuh dari Kampus-kampus di negara ini.
Sebelum saya akhiri, saya ingin mengucapkan sedikit santunan. “Mewakili Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (DPC SEMMI) Kabupaten Sinjai, Selamat Datang Kepada Mahasiswa Baru”.
Fattakulaha Mastatho’tum, Billahi Fisabilil Haq.
- Penulis : Muslih, Pengurus Dewan Pimpinan Cabang Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (DPC SEMMI) Kabupaten Sinjai, sekaligus Mahasiswa semester VII di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik Muhammadiyah (STISIPM) Sinjai.