BANTAENG – Sorot matanya cukup tajam ketika menceritakan sekelumit kisah akan keheroikannya di masa silam, sewaktu membela Republik Indonesia dari para penjajah. Setiap kata ia terbata-bata untuk berucap. Bukan karena ia tak tahu harus ngomong apa, tetapi ia mencoba menggali lebih dalam lagi ingatannya yang telah rentah.
Usianya sudah mencapai 92 tahun, pejuang yang usianya sangat tua ini tak sanggup lagi berdiri tegap sedianya dahulu kala, ketika dengan berani mengangkat senjata menodong para penjajah yang mencoba mengganggu bangsa Indonesia.
Kini ia hanya bisa duduk dan berjalan terlunta-lunta di tengah pesatnya perubahan zaman yang semakin kekinian. Untung saja, nasib baik masih menyertainya, anaknya sudah cukup mampu menghidupinya di usia yang terbilang, lagi-lagi– sudah tua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namanya Sersan (purn) Gumbang. Ia berdarah asli Bantaeng, lahir sejak 1927 silam. Sejumlah perang telah dilakoninya bersama pejuang-pejuang lainnya. Satu diantaranya yang sempat ia ucapkan, ketika berjuang di medan perang, yakni di daerah Ujung Pandang, ia menjadi prajurit bagi Batalyon 705 atau Batalyon Mattalatta kala itu.
“Apalagi di daerah Ujung Pandang, saya berperang langsung tergabung di Batalyon Mattalatta, waktu itu saya pegang senjata bren,” kata dia.
Memang ia tak menjelaskan secara mendetail aksi heroik sebagai serdadu yang menumpas kolonial saat itu, namun lencana Bintang Gerilya yang tersemat dan bergelantungan di saku kirinya cukup menggambarkan betapa heroiknya ia di zaman itu. Terlebih kerutan dahinya cukup menggambarkan ia mencoba menggali lebih jauh ingatannya akan masa-masa ‘pahit dan manis’ di medan perang.
Bintang Gerilya, berdasarkan laman resmi Sekretariat Negara Republik Indonesia, dianugerahkan bagi mereka yang berjuang demi mempertahankan kedaulatan NKRI dari Agresi Negara asing dengan cara bergerilya.
Kini ia dan pejuang lain di Kabupaten Bantaeng, tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia. Menghabiskan masa tua, mungkin sesekali berbagi kisah, mengingat-ingat masa kejayaan mereka.
“Semua yang pernah saya lalui, dari Ambon, Irian dan Timor Timur, saya hadapi semua,” kata dia.
Ilham Azikin yang Menghargai Para Veteran
Raut wajah Bupati Ilham Azikin tiba-tiba berubah ketika tahu para veteran tak diakomodir dengan baik. Rencananya, para veteran diundang oleh Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk ramah-tamah di Rumah Jabatan Bupati.
Sesekali Ilham Azikin menunjukkan wajah geramnya mengimbau ajudannya untuk bersegera mencari orang-orang yang harus mengakomodir para veteran.
Jujur saja, saya baru melihat Bupati Ilham marah, ia tak pernah semarah itu, Ilham Azikin dikenal sebagai orang yang santun, penuh canda dan juga keseriusan.
Tentunya marah itu menurut saya adalah suatu kewajaran bagi orang nomor satu yang menaruh rasa hormat kepada sang veteran.
Dalam kesempatan yang diberikan, Ilham mengatakan bahwa momentum ini menjadi penghormatan bagi para veteran. Baginya, mereka harus menjadi motivasi bagi para pemuda saat ini dalam memperjuangkan bangsa.
Dia juga berpesan agar menghormati para veteran, sebab jerih payah mereka tak ternilai harganya hingga kemerdekaan ini bisa direbut.
“Ini menjadi penghormatan yang sebesar-besarnya, dan juga, kehadiran veteran menjadi motivasi bagi kami, bagi kita untuk senantiasa menghargai perjuangan dari mereka,” katanya.
***
Dirgahayu Republik Indonesia.